Quote Originally Posted by btc_indo View Post
Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) yang bergerak di bidang business intelligence dan data analytics, MicroStrategy membukukan kerugian hingga US$ 90 juta atau setara dengan Rp 1,29 triliun (asumsi kurs Rp 14.350/US$) pada kuartal IV 2021 atau rugi US$ 8,43/saham. Capaian tersebut meleset dari konsensus analis yang memperkirakan perusahaan tersebut akan mencetak laba US$ 0.89/saham.
Rugi perusahaan dengan kode ticker MSTR tersebut pada kuartal akhir 2021 sebagian besar terjadi seiring perusahaan menyertakan rugi penurunan nilai (impairment loss) pada investasi Bitcoin (BTC) sebesar US$ 147 juta atau Rp 2,11 triliun.
Bitcoin, cryptocurrency yang paling tinggi pamornya di publik disebut sudah hampir habis karena proses penambangan yang terus dilakukan. Jumlahnya memang tak tersedia sebanyak 21 juta koin di seluruh dunia.
Mengutip India Today, jumlah ini terus menipis mengingat jumlah yang sudah berhasil ditambang mencapai 18,89 juta. Sehingga setidaknya saat ini bersisa sekitar dua juta Bitcoin saja yang tersedia.

Investopedia menuliskan saat Bitcoin sudah habis ditambang dan fungsinya sebagai penyimpan nilai, masih memungkinkan penambang mendapatkan untung. Bahkan saat volume transaksi rendah dan hadiah blok yang hilang.


Harga mayoritas cryptocurrency terpantau cerah bergairah pada Selasa (1/2/2022) waktu Indonesia, karena investor menilai bahwa bulan Februari merupakan bulan yang positif bagi pasar kripto.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 10:00 WIB, kesepuluh kripto berkapitalisasi pasar di atas US$ 18 miliar kompak menghijau pada hari ini.

Bitcoin melesat 2,59% ke level harga US$ 38.558,1/koin atau setara dengan Rp 554.465.478/koin (asumsi kurs Rp 14.380/US$), Ethereum melonjak 4,65% ke level US$ 2.687,26/koin atau Rp 38.642.799/koin