Bitcoin dan saham kemungkinan akan bersama-sama melewati masa turbulensi, namun inflasi yang meninggi kemungkinan akan membuat Bitcoin lebih unggul dari saham," tulis EQUOS, dikutip dari CoinDesk.
Bitcoin dianggap sebagai aset lindung nilai (hedging) dari inflasi, tetapi mungkin saja kripto mendapat manfaat lebih dari kebijakan moneter longgar yang terjadi di saat inflasi meninggi.
Hal itu bisa berubah jika The Fed lebih cepat memutuskan untuk mengurangi pembelian obligasi senilai US$ 120 miliar per bulan atau disebut juga quantitative easing (QE).
"Kami berharap The Fed akan mengumumkan paling lambat Desember tahun ini bahwa QE akan diturunkan mulai Januari 2022 mendatang," tulis MRB Partners dalam buletin Rabu.
Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) juga memperkirakan inflasi tahun ini bakal lebih tinggi dari perkiraan semula, menjadi 3,4% atau jauh di atas target jangka panjangnya sebesar 2%. Inflasi yang tinggi ini menjadi pemicu The Fed menjadi lebih agresif (hawkish) menaikkan suku bunga.