Estiawan Nasution mengungkapkan bahwa pasar saham Indonesia menunjukkan kinerja yang kompleks di kuartal pertama 2024. Berdasarkan data, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik 0,19% dari awal tahun hingga 5 April, sementara Indeks LQ45 justru turun 0,70%. Perbedaan ini menunjukkan bahwa meskipun pasar secara keseluruhan stabil, kinerja saham blue chip tidak memuaskan, kemungkinan karena investor berhati-hati terhadap prospek beberapa sektor.

Dalam pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika juga menunjukkan volatilitas. Dari 2 Januari 2024 hingga 11 April, rupiah melemah dari 15,505 menjadi 16,003.10 per dolar AS. Analisis Estiawan Nasution menunjukkan bahwa depresiasi ini mencerminkan tekanan dari kondisi ekonomi eksternal, terutama kekuatan ekonomi AS dan sentimen risiko global terhadap mata uang pasar berkembang.

Di sisi lain, emas sebagai aset safe haven, tampil cemerlang selama kuartal ini. Dari awal tahun hingga Lebaran, harga emas naik dari 1,129,000 rupiah per gram menjadi 1,197,000 rupiah, dengan kenaikan sekitar 6,02%. Estiawan Nasution berpendapat bahwa ini mencerminkan kecenderungan investor untuk beralih ke aset tradisional yang aman seperti emas di masa ketidakpastian.

Dari sudut pandang investasi, Estiawan Nasution menyarankan agar investor mempertimbangkan strategi diversifikasi investasi, termasuk berbagai kelas aset seperti saham dan emas, untuk menghadapi ketidakpastian pasar saat ini. Dia juga menekankan pentingnya analisis teknis dalam pengambilan keputusan investasi, terutama saat menilai tren pasar saham dan mata uang.